MAKALAH
SEJARAH INDONESIA
contoh makalah sma kelas 10SEJARAH INDONESIA
SINKRONIK
Kata
sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos yang
berarti waktu, masa. Dengan demikian, berpikir sinkronis dalam sejarah adalah
mempelajari peristiwa yang sezaman, atau bersifat horisontal. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas.
Menurut
Galtung pengertian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari pristiwa
sejarah dengan berbagai aspeknya pada waktu atau kurun waktu yang tertentu atau
terbatas. Atau meneliti gejala-gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam
waktu yang terbatas. Pendekatan sinkronis menganalisa
sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak
berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang
berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi
seperti itu.
Contoh:
satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan
ekonomi di Indonesia pada suatu waktu
tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu
dan pada di saat itu.
Penelitian
arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang. Istilah memanjang
dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang
panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti
gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas.
Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang
disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah:
- Tarekat
Naqsyabandiyah
- Qodiriyah di pesantren - pesantren Jawa´;
- Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan
- Qodiriyah di pesantren - pesantren Jawa´;
- Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan
Kedua
ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin
mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial
lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan
sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan
sinkronis.
Contoh:
- Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
- Peranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
- Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
DIAKRONIK
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakronis adalah segala sesuatu yang berkenaan
dengan pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang waktu;
bersifat historis. Secara etimologi, diakronis berasal dari bahasa Yunani,
terdiri dari kata “dia” dan “khronos”, “dia” yang berarti “melintasi atau
melewati” dan “khronos” yang berarti “perjalanan waktu”.
Menurut
Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; (dia
dalam bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu).
Diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sejarah
mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan
tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sejarah
berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis
adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke
waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu
perubahan itu terjadi sepanjang masa.
Konsep
diakronis melihat bahwa peristiwa dalam sejarah mengalami perkembangan dan bergerak
sepanjang masa. Melalui proses inilah, manusia dapat melakukan perbandingan dan
melihat perkembangan sejarah kehidupan masyarakatnya dari jaman ke jaman
berikutnya.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
Suatu peristiwa sejarah tidak bisa lepas dari peristiwa sebelumnya dan akan mempengaruhi peristiwa yang akan datang. Sehingga, berfikir secara diakronis haruslah dapat memberikan penjelasan secara kronologis dan kausalita.
Contoh :
Menjelaskan peristiwa detik-detik proklamasi harus menjelaskan pula peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, misalnya peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu, reaksi pemuda Indonesia terhadap berita kekalahan Jepang, peristiwa rengasdengklok, penyusunan teks proklamasi.
Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan sejarah Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kutai sampai kini.
Adapun ciri diakronik yaitu:
a. Mengkaji dengan berlalunya masa;
b. Menitik beratkan pengkajian peristiwa pada sejarahnya
c. Bersifat historis atau komparatif;
d. Bersifat vertikal;
e. Terdapat konsep perbandingan;
f. Cakupan kajian lebih luas;
Contoh:
a. Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
b. Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
a. Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
b. Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930;
KRONOLOGIS
Sejarah
mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara
runtut, teratur, dan berkesinambungan. Dengan konsep kronologis, sejarah akan
memberikan kepada kita gambara yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan
sejarah dari tinjauan aspek tertentu sehingga dengan mudah kita dapat menarik
manfaat dan makna dari hubungan antar peristiwa yang terjadi. Adapun dalam
kehidupan sehari-hari, konsep berfikir diakrnik atau kronologis ini sangat
diperlukan jika kita ingin memecahkan masalah. Tanpa berpikir secara runtut dan
berkesinambungan dalam mengidentifikasi suatu permasalahan, kita akan
dihadapkan pada pemecahan masalah atau pemberian solusi yang tidak tepat.
Menurut
Galtung, diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya
melintasi atau melewati dan khronos yang berarti perjalanan
waktu. Dengan demikian, diakronis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa yang
berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak berdiri sendiri
atau timbul secara tiba-tiba. Sebab sejarah meneliti gejala-gejala yang
memanjang dalam waktu, tetapi dalam ruang yang terbatas.
KETERKAITAN RUANG DAN WAKTU
Ruang
merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam
perjalanan waktu. Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak
dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut. Jika waktu
menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
Masa
lampau sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau
bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup. Masa lampau itu
bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau
manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah
itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran
bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik di masa mendatang. Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak
di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan datang.
Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam
sejarah:
- Konsep ruang dan waktu
merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan
perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah.
- Segala aktivitas
manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian.
PROSES
TERBENTUKNYA KEPULAUAN INDONESIA
Secara diakronis
Sebuah
teori geologi kuno menyebutkan, proses terbentuknya daratan yang terjadi di
Asia belahan selatan adalah akibat proses pergerakan anak benua India ke utara
yang bertabrakan dengan lempeng bumi bagian utara. Pergerakan lempeng bumi
inilah yang kemudian melahirkan Gunung Himalaya. Konon proses yang terjadi pada
20-36 juta tahun yang silam itu menyebabkan sebagian anak benua di selatan
terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan
pulau (nusantara) yang merupakan mata rantai gunung berapi.
Menurut
ilmu kebumian yang lazim saat ini, pembentukan kepualuan Indonesia terkait
dengan teori tektonik lempeng. Teori tektonik lempeng (tectonic plate) adalah
teori yang menjelaskan pergerakan di kulit bumi sehingga memunculkan bentuk permukaan
bumi seperti yang sekarang kita diami.
Pergerakan
diawali dengan menunjamnya lempeng dasar samudera yang disebabkan oleh desakan
lempeng benua yang lebih tebal dan keras dan di tempat inilah terbentuk palung
laut (dasar laut yang dalam dan memanjang). Dampak dari pergerakan lempeng
terhadap wilayah Indonesia membuat wilayah Indonesia rawan akan gempa bumi
(namun juga kaya sumber daya mineral). Padahal Indonesia terletak pada
pertemuan empat lempeng besar dunia (Lempeng Eurasia, Indo-Australia, Filipina
dan Pasifik).
Lempeng-lempeng
itu selalu bergerak 5-9 cm per tahun dan karena massa batuan yang bergerak
besar maka energi yang dihasilkan besar pula. Hal tersebut berdampak bukan
hanya pada banyaknya aktivitas vulkanis dan tektonis di Indonesia, tapi juga
tenaga besar yang terjadi pada fenomena-fenomena tersebut.
Adanya
pergerakan subduksi antara dua lempeng kemudian menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi dan parit samudera. Demikian pula subduksi antara lempeng
Indo-Australia dan lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya deretan gunung
berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatera dan deretan gunung
berapi di sepanjang pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit samudera yang tak
lain adalah Parit Jawa (Sunda).
Lempeng
tektonik terus bergerak hingga suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau
benturan yang cukup keras. Fenomena seperti inilah yang dapat menimbulkan
gempa, tsunami dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan bumi.
Dari tiga
tipe batas lempeng yang dikenal (konvergen, divergen dan shear), terbentuknya
kepulauan Indonesia dapat dijelaskan sebagai batas lempeng konvergen dimana
terjadi tumbukan antara lempeng Indo-Australia dari selatan, lempeng Pasifik
dari timur dan lempeng Asia dari utara.
Secara sinkronis
Berdasarkan
sejarah terbentuknya secara diakronis, dengan letak Indonesia yang strategis
dan berada di jalur rawan bencana alam (secara astronomis, geologis, maupun
geografis), maka:
- Membuat Indonesia bisa
menjalin hubungan baik dengan negara – negara di benua Asia dan Australia..
Juga membuat Indonesia berada di jalur lalu lintas internasional dan dapat
menjadi tempat transit jalur perdagangan dunia.
- Kawasan Indonesia yang
terdiri dari banyak pulau membuat Indonesia kaya akan budaya, karena terdiri
dari berbagai suku bangsa, bahasa, dll. Selain itu juga timbul banyak bentukan
alam seperti danau, gunung api, pantai, dll. Hal itu dapat memajukan pariwisata
Indonesia.
- Laut yang luas dan
garis pantai yang panjang membuat Indonesia menyimpan hasil laut seperti ikan,
kerang, serta bahan tambang seperti minyak bumi. Hal itu dapat menambah
pendapatan Negara.
- Letaknya yang berada
dikawasan tropis membuat Indonesia kaya akan hasil hutan, berbagai jenis
tanaman, dan berbagai jenis hewan.
- Tanah Indonesia yang
subur membuat Indonesia menghasilkan banyak hasil pertanian
- Wilayah hutan yang
masih cukup luas menjadikan hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia.
- Indonesia rawan
bencana gunung meletus karena wilayah Indonesia banyak terdapat gunung api.
- Indonesia rawan gempa
karena wilayah Indonesia pertemuan empat lempeng besar dunia yaitu Lempeng
Benua Asia, Lempeng Benua Australia, Lempeng Samudra Hindia dan Lempeng Samudra
Pasifik.
- Indonesia rawan
gelombang tsunami karena wilayah Indonesia dikelilingi oleh perairan.
KESIMPULAN
Pembentukan pulau indonesia terkait dengan teori tektonik lempeng (tectonic plate) adalah teori yg menjelaskan pergerakan di kulit bumi sehingga memunculkan bentuk permukaan bumi seperti yg kita diami.
DAFTAR
PUSTAKA DAN SUMBERNYA
http://bulank2.blogspot.com/2013/10/berpikir-diakronik-sinkronik-kausalita.html
http://focussejarah.blogspot.com/2013/08/pengertian-diakronis-dan-sinkronis.html
http://akrabsenada.blogspot.com/2013/09/sejarah-sebagai-diakronis.html
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/08/berpikir-kronologi-dan-sinkronik-dalam.html
http://bulank2.blogspot.com/2013/10/berpikir-diakronik-sinkronik-kausalita.html
http://focussejarah.blogspot.com/2013/08/pengertian-diakronis-dan-sinkronis.html
http://akrabsenada.blogspot.com/2013/09/sejarah-sebagai-diakronis.html
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/08/berpikir-kronologi-dan-sinkronik-dalam.html
http://indah-ayulia.blogspot.com/
MANUSIA PURBA
A. Lokasi Penemuan
Manusia Purba
1.
Sangiran
Von Koeningswald menemukan berbagai peralatan manusia purba, dan ±seribu
alat terbuat dari batuan Iralsedon, lalu ditemukan oleh penduduk fosil rahang
kanan manusia purba, lalu menemukan fosil manusia purba Homo Erectus.
2.
Trinil
Eugene Dubois menemukan tulang rahang, gigi gerham, bagian atas tengkorak,
dan tulang paha kiri. Eugene member nama penemuannya Pithecantropus Erectus, yang
berarti manusia kera berjalan tegak (Homo Erectus). Lenore Selenka berhasil
menemukan fosil-fosil hewan dan yumbuhan yang dapat memberi gambaran lingkungan
hidup Homo Erectus.
3.
Ngandong
Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald menemukan beberapa atap tengkorak
yang diidentifikasi sebagai Homo Soloensis. Berdasarkan morfologi, manusia
Ngandong digolongkan sebagai Homo Erectus paling maju yang berukuran besar
dengan volume ±1.100 cc.
4.
Patiayam
Merupakan daerah perbukitan di lereng gunung muria, sebelah utara jalan
rayaantara Kota Kudus dan Pati. Tim dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
menemukan pecahan gigi dan tengkorak Homo Erectus. Penelitian selanjutnya
diketahui bahwa fosil Homo Erectus ini berasal dari formasi Slumprit yang
berumur awal Pleistosen tengah.
5.
Wajak
B.D Reitschoten menemukan sebuah fosil tengkorak. Dubois mendapatkan sisa
fosil reptile dan mamalia serta menemukan fosil tengkorak manusia meski tidak
utuh yang bernama Homo Wajakensis.
6.
Flores
Ilmuan Indonesia (Raden Pandji Soejono) dari PPAN dan Ilmuan Australia
(Mike Morwood) dari universitas New England menemukan fosil mnusia
kerdil/hobbid yang diberi nama Homo Floresiensis.
B. Jenis-Jenis Manusia Purba
1) Meganthropus
Ditemukan oleh Von Koeningswald di sangiran. Meganthropus merupakan manusia
praaksara paling tua dengan ukuran raksasanya. Kemudian fosil ini dinamakan
Meganthropus Palaeojavanicus (manusia raksasa tua dari jawa).
Cirri-ciri fisik:
·
Tulang pipi tebal
·
Kuning menonjol
·
Tidak memiliki dagu
·
Gerham besar-besar
·
Memiliki badan tegap
·
Bentuk muka diduga masif
·
Rahang bawah tegap
·
Memiliki bentuk gigi homonin
·
Memakan tumbuh-tumbuhan
·
Otot-otot kunyah sangat kukuh
·
Kepala bagian belakang sangat menonjol
·
Permukaan kunyah tajuk terdapat banyak kerut.
2)
Pithecanthropus
Disebut juga manusia kera yang ditemukan di trinil, hidup dengan cara foodgathering
dan hidup berkelompok. Memiliki tubuh yang tegap dengan tinggi 165-180 cm, dagu
belum ada, hidung lebar, volume otak 250-1.300 cc.
a. Pithecanthropus Mojokertensis
Manusia kera dari mojokerto yang ditemukan Von Koeningswald dengan
ciri-ciri:
·
Tulang pipi kuat
·
Berbadan tegap
·
Tonjolan kening tebal
·
Otot-otot tengkuk kukuh
·
Muka menonjol kedepan
·
Volume otak 650-1.000 cc.
b. Pithecanthropus Erectus atau Homo Erectus.
Ditemukan oleh Eugene Dubois dengan ciri-ciri:
·
Badan tegap
·
Hidung lebar
·
Dagu tidak ada
·
Alat pengunyah kuat
·
Berat badan 80-100 kg
·
Tinggi badan 160-180 cm
·
Terdapat tonjolan kening pada dahi
·
Tulang tengkorak berbentuk lonjong
·
Volume otak 750-1.000 cc
·
Muka didominasi oleh bagian rahang yang menonjol.
3)
Homo Sapiens
Manusia cerdas yang mampu membuat peralatan sederhana dari batu dan tulang
yang digunakan untuk berburu dan mengolah makanan.
Ciri-ciri tubuh:
·
Tengkorak besar
·
Volume otak diperkirakan 1.650 cc
·
Muka datar dan lebar
·
Akar hidung lebar
·
Bagian mulut menonjol sedikit
·
Dahi agak miring
·
Diatas rongga mata ada busur kening yang nyata
·
Langit-langit mulut besar dan dalam
·
Rahang bawah massif
·
Gigi besar-besar
·
Gigitan gigi seri atas tepat mengenai gigi bawah
·
Tinggi badan sekira 173 cm.
a. Homo Wajakensis
Ditemukan di wajak oleh Eugene Dubois yang hidup sekitar 40-25 ribu tahun
yang lalu, dan sudah mengenal upacara penguburan.
b. Homo Soloensis
·
Volume otak 1.000-2.000 cc
·
Tinggi 130-210 cm
·
Berat 30-150 kg
·
Otak mulai berkembang
·
Alat pengunyah mulai menyusut sehingga rahang jadi
kecil
·
Sudah bias berjalan sempurna dan hidup kira-kira
900-200 ribu tahun lalu.
c. Homo Floresiensis
Ukuran manusia ini tidak lebih besar dari anak-anak usia memiliki tinggi
100 cm dan berat 30 kg hidup ±18.000 tahun yang lalu.
PEMBAGIAN ZAMAN PRAAKSARA
1. Berdasarkan Perkembangan Alam di Bumi (Geologi)
- Archaikum/ Azoikum
Berusia 2500 juta tahun yang lalu. Bumi masih berupa bola gas yang sangat panas, jadi
belum ada anda-tanda kehidupan.. - Palaeozoikum ( zaman primer)
Berusia sekitar 340 juta tahun yang lalu. Suhu bumi sudah mulai menurun. Keadaan iklim belum stabil, curah hujan sangat tinggi dan banyak ditemukan daerah-daerah rawa. Di Bumi sudah mulai ada tanda-tanda kehidupan di muka bumi diantaranya jenis mikroorganisme atau binatang bersel satu, jenis ikan di laut, reptil kecil, amfibi, lumut. Zaman ini disebut juga zaman primer atau zaman pertama karena sudah ada tanda-tanda kehidupan. - Mesozoikum (zaman sekunder)
Berusia 140 juta tahun yang lalu. Iklim di bumi sudah mulai stabil, suhu bumi lebih dingin. Pada zaman ini muncul kehidupan binatang-binatang besar seperti dinosaurus, tiranosaurus, atlantosaurus, jenis burung, selain itu muncul juga jenis tumbuhan besar. Zaman ini disebut juga dengan zaman sekunder atau zaman kedua. - Neozoikum
Berusia 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi :
1.
Tersier (
zaman ketiga)Jenis binatang besar mulai punah, muncul jenis mamalia dan
primata.
2.
Kuarter (
zaman keempat) Pada zaman ini mulai muncul jenis. Manusia purba. Zaman ini
dibagi dua :
a) Jaman Dilluvium/jaman Es/Interglasial.
Pada masa ini Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara tertutup oleh es yang sangat luas. Bagian Barat Indonesia menyatu dengan Asia sedangkan bagian Timur menyatu dengan Australia.
b) Jaman Alluvium / Holosen
Pada jaman inilah berkembangnya kehidupan manusia jenis Homo Sapiens seperti manusia sekarang ini.
a) Jaman Dilluvium/jaman Es/Interglasial.
Pada masa ini Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara tertutup oleh es yang sangat luas. Bagian Barat Indonesia menyatu dengan Asia sedangkan bagian Timur menyatu dengan Australia.
b) Jaman Alluvium / Holosen
Pada jaman inilah berkembangnya kehidupan manusia jenis Homo Sapiens seperti manusia sekarang ini.
2. Berdasarkan Arkeologi / Peralatan yang digunakan
a. Zaman Batu
Pada
zaman ini banyak dihasilkan peralatan manusia yang dari batu, dari bentuk yang
paling sederhana sampai yang sudah diasah secara halus. Peralatan ini dibuat
berdasarkan tinggkat peradaban mereka. Bentuk yang sederhana (belum diasah)
tingkat peradabannya masih rendah, bentuk yang halus tingkat peradaban sudah
tingi. Zaman ini dibagi menjadi :
1) Zaman Batu Tua (Palaeolithikum)Peralatan yang digunakan dari batu, kayu, maupun tulang, dan belum diasah secara halus ( masih apa adanya dari alam ) Contoh alat yang dihasilkan :
a) Kapak Genggam
b) Kapak Perimbas
c) Kapak Penetak
d) Alat Serpih
e) Mata Panah
2) Zaman Batu Tengah /Batu Madya (Mesolithikum)
Alat yang digunakan sudah mulai diasah walaupun belum halus.
Contoh alat yang dihasilakan :
a) Kapak Sumatralit (Fable)
b) Mata panah
c) Alat serpih
3) Zaman Batu Baru ( Neolithikum)
Alat yang dihasilkan sudah diasah secara halus
Contoh alat yang dihasilkan :
a) Kapak lonjong
b) Kapak persegi (beliung persegi)
c) Gerabah
d) Mata panah
e) Alat serpih
4) Zaman Megalithikum
Banyak dihasilkan bangunan-bangunan dari batu besar.
Contoh hasil budaya megalitikum :
1.
Menhir
adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tempat memuja arwah leluhur.
2.
Dolmen
adalah meja batu yang berfungsi sebagai tempat sesaji
3.
Sarkofagus
adalah peti batu yang berbentuk seperti lesung dan ada tutupnya ( seperti batu
yang ditangkupkan) dan banyak ditemukan di daerah Bali, fungsinya sebagai
tempat mengubur mayat!
4.
Waruga
adalah peti kubur batu yang berbentuk kubus
5.
Arca megalith
adalah arca dari batu besar
6.
Punden
Berundak adalah bangunan bertingkat-tingkat dari batu yang berfungsi sebagai
tempat memuja arwah leluhur
b.Zaman Logam
Dengan dimulainya zaman logam, bukan
berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari bat
uterus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman logam
hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah
dikenal dan digunakan secara dominan.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnaya di Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan kasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 pembagian zaman, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnaya di Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan kasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.
TEKNOLOGI KEBUDAYAAN
Pada kehidupan berburu dan meramu pada
tahap awal, penguasaan manusia terhadap teknologi masih sangat sederhana dan
berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia pada saat itu. Setelah manusia
menetap di goa-goa, mereka mempunyai kesempatan untuk mengembangkan daya
imajinasinya dan keterampilan membuat alat-alat.
Pembuatan alat-alat dari bahan batu, kayu,
maupun tulang-tulang hewan masih sangat sederhana dalam bentuk maupun cara
pembuatannya. Hasil budaya fisik pada saat itu berupa alat-alat dari batu oleh
para ahli dianggap sebagai tahap awal dari manusia menguasai satu bentuk
teknologi sederhana yang disebut teknologi paleolitik. Di Indonesia, alat-alat
yang terbuat dari batu dengan berbagai bentuk itu dikelompokkan dalam dua
tradisi kapak perimbas dan tradisi alat serpih.
Pada tingkat permulaan budaya, manusia
membuat alat-alat yang sangat sederhana dan bahannya dari batu, tulang, duri
ikan, dan kayu. Alat-alat yang terbuat dari bahan kayu sukar ditemukan
bekas-bekasnya karena kayu tidak tahan lama. Alat-alat dari zaman prasejarah
itu mula-mula ditemukan di atas permukaan tanah, sehingga para peneliti tidak
dapat memastikan pada lapisan manakah asal alat-alat tersebut.
Dalam sistem berburu dan meramu ini
diutamakan cara-cara memburu dan menangkap hewan dengan alat-alat yang
diciptakan secara sederhana. Alat- alat perburuan yang memainkan peranan
penting pada masa itu, tetapi tidak dapat ditemukan kembali karena telah
musnah, misalnya gada dari kayu atau tulang, tombak kayu dan jebakan-jebakan
kayu. Cara-cara lain dengan membuat jebakan berupa lubang-lubang atau dengan cara
menggiring hewan buruan ke arah jurang yang terjal. Perburuan biasanya
dilakukan oleh kelompok-kelompok kecil dan hasilnya dibagi bersama. Kelompok
berburu terdiri dari keluarga kecil, yaitu orang laki-laki melakukan perburuan
dan para perempuan mengumpulkan makanan (tumbuh-tumbuhan). Di samping itu, para
perempuan juga memelihara anak-anak. Peranan para perempuan penting sekali
dalam memilih (seleksi) tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan dan membimbing
anak-anak dalam meramu makanan. Setelah ditemukan penggunaan api, maka
perempuan menemukan cara-cara memasak makanan, memperluas pengetahuan tentang
jenis-jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan dan cara memasaknya.
Dengan melihat ciri-ciri tertentu,
alat-alat yang terbuat dari batu ini digolongkan menjadi empat, yaitu kapak
perimbas, kapak penetak, pahat genggam, dan kapak genggam awal. Kapak perimbas
mempunyai ciri-ciri antara lain bagian tajamnya berbentuk cembung atau lurus
dengan memangkas satu sisi pinggiran batu dan kulit batu masih melekat dipermukaan.
Kapak penetak mempunyai ciri-ciri ketajamannya dibentuk liku-liku dengan cara
penyerpihan yang dilakukan berselang-seling pada kedua sisi ketajamannya. Pahat
genggam mempunyai ciri-ciri tajamannya berbentuk terjal mulai dari permukaan
atas batu sampai pinggirannya dan dibuat juga dengan cara penyerpihan. Kapak
genggam awal mempunyai ciri-ciri bentuknya meruncing dan kulit batu masih
melekat pada pangkal alatnya serta tajamannya dibentuk melalui pemangkasan pada
satu permukaan batu.
Dari empat jenis utama kapak itu terdapat
jenis-jenis lain dengan bentuk dan variasinya sendiri. Hal itu terlihat,
misalnya jenis kapak perimbas tipe setrika, kura-kura, dan serut samping di
daerah Punung, (Pacitan). Sementara itu, alat-alat serpih yang paling umum
ditemukan mempunyai ciri-ciri kerucut pukulnya menonjol dan dataran pukulnya
lebar dan rata. Ciri-ciri itu digolongkan ke dalam jenis-jenis alat serpih
sederhana. Temuan-temuan alat serpih di Indonesia juga menunjukkan variasinya,
bahkan terdapat beberapa alat serpih yang menunjukkan teknik pembuatannya yang
lebih maju.
Perkakas-perkakas batu yang digunakan pada
masa berburu dan meramu tingkat awal ini ditemukan tersebar dibeberapa tempat,
terutama daerah-daerah yang banyak mengandung bahan batuan yang cocok untuk pembuatan
alat tersebut. Ini menunjukkan bahwa tradisi kapak perimbas pada masa itu sudah
digunakan hampir di seluruh Indonesia.
Ditemukan dua ribu alat batu di Kali
Baksoko, kabupaten Pacitan, tempat penemuan itu ditentukan sebagai kompleks
kapak perimbas dengan sebutan Budaya pacitan. Semua jenis kapak batu itu
umumnya berbentuk besar dan cara pembuatannya kasar. Kulit batu masih melekat
pada permukaan alat dan tajamannya berliku atau bergerigi. Sementara itu, satu
jenis yang juga penting selain kapak perimbas adalah kapak genggam. Kapak
genggam ini pada umumnya dibuat secara kasar, tetapi terdapat beberapa kapak
yang diserpih secara teliti dan lebih halus berbentuk bulat atau lonjong.
Daerah penyebaran kapak perimbas ini
adalah di daerah Punung, Gombong, jampang kulon, dan Parigi (jawa). Di Sumatera
kapak perimbas ditemukan di daerah Tambangsawah, Lahat, dan Kalianda. Di
Sulawesi kapak ini ditemukan di daerah Cabbenge. Di Bali kapak ini ditemukan di
daerah Sembiran dan Trunyan. Di Sumbawa kapak tersebut ditemukan di daerah
Batutring. Di Flores kapak tersebut ditemukan di daerah wangka, Soa, Maumere,
dan mangeruda, dan di Timor kapak perimbas ditemukan di daerah Atambua dan
Ngoelbaki.
Jenis kapak perimbas ini juga ditemukan di
negara-neara Asia yang lain, seperti Pakistan, Birma, Malaysia, Cina, Thailand,
Filipina dan Vietnam. Ada pula alat-alat serpih yang berukuran kecil yang
diduga digunakan sebagai pisau, gurdi atau penusuk. Dengan alat itu manusia
purba dapat mengupas, memotong dan mungkin juga menggali umbi-umbi.
Kapak genggam Sumatera atau pebble
ditemukan tersebar di pantai timur Sumatera terutama di daerah Lhok Seumawe,
Tamiang, Binjai, di bukit-bukit kerang di Aceh, dan di Sangiran Jawa Tengah.
Bahan-bahan yang digunakan biasanya dari batu andesit yang dibuat melalui
pemangkasan satu sisi atau dua sisi. Para ahli menganggap bahwa kapak genggam
Sumatera ini mengikuti tradisi pembuatan kapak genggam di daratan Asia.
Dilihat dari cara pembuatannya, alat-alat
batu yang digunakan pada masa berburu dan meramu tingkat awal digolongkan
menjadi dua. Pertama, disebut tradisi batu inti, pembuatan alat dilakukan
dengan cara pemangkasan segumpal batu atau kerakal untuk memperoleh satu bentuk
alat, misalnya kapak perimbas, kapak genggam, atau kapak penetak. Kedua,
disebut tradisi serpih yaitu alat- alat batu yang dibuat dari serpihan atau
pecahan-pecahan batu.
Alat-alat serpih ini ditemukan
bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat-alat batu lainnya dan ditemukan
secara terpisah. Di beberapa tempat seperti Sangiran (Jawa Tengah) atau di
Sagadat (Timor) alat-alat serpih menjadi unsur pokok perkembangan budaya
masyarakat waktu itu.
Tradisi alat-alat serpih yang berkembang
pada masa berburu dan meramu tingkat awal bentuk alat-alatnya masih sederhana.
Pada masa berikutnya, terutama ketika manusia sudah menetap sementara di
goa-goa, tradisi alat serpih menjadi penting dan menjadi perkakas utama dalam
kehidupan sehari- hari. Bentuknya pun beraneka ragam dan teknik pembuatannya
lebih maju dibanding masa sebelumnya. Ketika bahan dasar dari alat serpih yang
berupa batuan obsidian mulai digunakan, alat-alat ini mempunyai peranan penting
bagi kehidupan manusia.
Tradisi alat serpih ini persebarannya juga
luas. Di Jawa misalnya, alat serpih ditemukan di daerah Punung, Gombong,
Jampangkulon, Parigi, Sangiran, dan Ngandong. Sedangkan di Sumatera, alat
serpih hanya ditemukan di daerah Lahat. Di Sulawesi alat serpih tersebut
ditemukan juga di satu daerah Cabbenge. Di Sumbawa alat serpih tersebut
ditemukan di daerah Wangka, Soa, dan Mangeruda. Di Timor alat serpih tersebut
ditemukan di daerah Atambua, Ngoelbaki, Gassi Liu, dan Sagadat.
Pembuatan alat dengan menggunakan bahan
tulang dan tanduk agaknya pada masa berburu dan meramu tingkat awal ini masih
sangat terbatas. Hal itu terlihat dari temuan alat-alat yang hanya ada di satu
tempat, yakni di Ngandong. Alat-alat dari tulang ini biasanya digunakan untuk
sudip atau mata tombak yang berbgerigi di kedua sisinya. Sedangkan alat-alat
dari tanduk menjangan kemungkinan digunakan untuk mengorek tanah karena di
bagian ujung terdapat runcingan. Pembuatan alat dari tulang dan tanduk ini
terus berlanjut ketika manusia sudah menetap di goa-goa. Bahkan dari beberapa
temuan terdapat alat tanduk yang sudah dihaluskan.
Sumber :
Supriyadi, Marwan. 2009. Sejarah 1 : Untuk SMA/ MA kelas x. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
POLA
HUNIAN MANUSIA PRAAKSARA
Pola
hunian manusia purba secara umum memperlihatkan dua karakter khas
hunian purba yaitu,
- kedekatan dengan sumber air dan
- kehidupan di alam terbuka.
Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis
situs-situs serta kondisi lingkungannya. Beberapa contoh yang menunjukkan pola
hunian seperti itu adalah situs-situs purba di sepanjang aliran Bengawan Solo
(Sangiran, Sambungmacan, Trinil, Ngawi, dan Ngandong).
Petunjuk yang dapat memberikan gambaran
jelas pada kita tentang kehidupan manusia purba adalah sebaran sisa-sisa
peralatan yang digunakan pada saat itu, yang umumnya berada di dasar atau di
sekitar sungai.
Kehidupan di sekitar sungai itu
menunjukkan pola hidup manusia purba di alam terbuka. Manusia purba mempunyai
kecenderungan untuk menghuni lingkungan terbuka di sekitar aliran sungai.
Manusia purba juga memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang tersedia,
termasuk tinggal di gua-gua.
Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak
memungkinkan untuk menghuni gua secara menetap. Keberadaan gua-gua yang dekat
dengan sumber air dan sumber bahan makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai
tempat persinggahan sementara, sehingga tidak meninggalkan jejak pada kita.
Hal penting yang perlu kita ketahui ialah
transisi permukiman nenek moyang dari nomaden ke tempat tinggal menetap. Manusia
purba di Indonesia diperkirakan sudah hidup menjelajah (nomaden) untuk
jangka waktu yang lama. Mereka mengumpulkan bahan makanan dalam lingkup wilayah
tertentu dan berpindah-pindah.
Mereka hidup dalam komunitas-komunitas
kecil dengan mobilitas yang tinggi. Keterisolasian dalam hutan tropis dan
ketiadaan kontak dengan dunia luar menutup kemungkinan untuk mengadopsi budaya
luar. Lama hunian di suatu lingkungan eksploitasi dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan makanan.
Manakala lingkungan sekitar sudah tidak
menjanjikan bahan makanan, mereka berpindah ke lingkungan baru di tepian sungai
untuk membuat persinggahan baru. Mulailah berkembang pola hunian
bertempat tinggal sementara, misalnya di gua-gua. Inilah masa transisi sebelum
manusia itu bertempat tinggal tetap.
MENGENAL API
SEJARAH MENGENAL API
Api adalah zat panas yang ditimbulkan dari benda yang terbakar, berasal dari proses oksidasi sehingga berupa energi berintensitas yang bervariasi dan memiliki bentuk cahaya (dengan panjang gelombang juga di luar spektrum visual sehingga dapat tidak terlihat oleh mata manusia) dan panas yang juga dapat menimbulkan asap.
Api (warnanya-dipengaruhi oleh intensitas cahayanya) biasanya digunakan untuk menentukan apakah suatu bahan bakar termasuk dalam tingkatan kombusi sehingga dapat digunakan untuk keperluan manusia (misal digunakan sebagai bahan bakar api unggun, perapian atau kompor gas) atau tingkat pembakar yang keras yang bersifat sangat penghancur, membakar dengan tak terkendali sehingga merugikan manusia
(misal, pembakaran pada gedung, hutan, dan sebagainya).
Penemuan cara membuat api merupakan salah satu hal yang paling berguna bagi manusia, karena dengan api, golongan Hominids (manusia dan kerabatnya seperti kera) dapat aman dari hewan buas, memasak makanan, dan mendapat sumber cahaya serta menjaga dirinya agar tetap hangat.
Pernah terfikirkan g klo pas kita liat api kan ada beberapa warna. Dari kompor gas warna biru, dari minyak tanah warna merah, dari batu arang warna kuning, Kalian semua pasti sudah paham tentang api, baik itu kegunaannya dalam hidup kita sehar-hari ataupun dari pelajaran yang kalian dapat. Tapi tahukah kalian, kenapa api itu bisa memiliki beberapa warna dan apakah perbedaan dari masing-masing warna api tersebut. Berikut ini beberapa penjelasan mengenai warna dan jenis api.
Kemampuan manusia purba mengontrol api
merupakan langkah paling penting dalam sejarah peradaban. Ternyata, teknik itu
dipahami lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Kebiasaan memanfaatkan api dimulai antara 300 ribu hingga 400 ribu tahun yang lalu berdasarkan analis 141 situs arkeologi seluruh Eropa. Padahal sebelumnya, ilmuwan memperkirakan penggunaan api sudah berlangsung di Eropa setidaknya satu juta tahun yang lalu. Kebanyakan arkeolog setuju penggunaan api terkait kolonisasi di luar Afrika, terutama di Eropa saat suhu jatuh hingga di bawah titk beku.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of University of Colorado itu mengungkapkan manusia purba dan kaum Neanderthal yang hidup di Eropa secara rutin menggunakan api untuk kehangatan, memasak dan sumber cahaya.
Kebiasaan memanfaatkan api dimulai antara 300 ribu hingga 400 ribu tahun yang lalu berdasarkan analis 141 situs arkeologi seluruh Eropa. Padahal sebelumnya, ilmuwan memperkirakan penggunaan api sudah berlangsung di Eropa setidaknya satu juta tahun yang lalu. Kebanyakan arkeolog setuju penggunaan api terkait kolonisasi di luar Afrika, terutama di Eropa saat suhu jatuh hingga di bawah titk beku.
Temuan yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of University of Colorado itu mengungkapkan manusia purba dan kaum Neanderthal yang hidup di Eropa secara rutin menggunakan api untuk kehangatan, memasak dan sumber cahaya.
“Pola yang muncul sama mengejutkan
dengan kemampuan manusia kuno untuk bertahan di iklim dingin Eropa,” tulis Wil
Roebroeks dari Leiden University, Belanda. Alasan mengapa manusia lampau
‘terlambat’ menggunakan api diantaranya penyesuaian pola makan sehingga terbiasa
dengan cuaca dingin. Mereka mengkonsumsi daging mentah dan makanan laut.
Arkeolog Harvard University, Richard W. Wrangham mengklaim kemampuan memanfaatkan api untuk memasak sehingga menciptakan gizi yang cukup bagi manusia merupakan salah satu titik utama dalam evolusi manusia modern.
Arkeolog Harvard University, Richard W. Wrangham mengklaim kemampuan memanfaatkan api untuk memasak sehingga menciptakan gizi yang cukup bagi manusia merupakan salah satu titik utama dalam evolusi manusia modern.
ŚĔĽĘŞĂĪ
By: Teja
Febrianto
X.IIS.4
SMANSA